Membangun Masa Depan dari Lahan Sempit: Cerita Perubahan Nyata

Kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat diwujudkan dengan membangun kemajuan di bidang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, inklusi sosial, serta penguatan masyarakat sipil. Dukungan diberikan melalui pengalaman, pembelajaran, dan replikasi dalam pembangunan berbasis masyarakat, penguatan masyarakat sipil, pemberdayaan perempuan, serta program pembangunan yang inklusif.Kelompok Konstituen (KK) merupakan salah satu komunitas yang menjadi wadah dalam mendiskusikan berbagai persoalan yang ada di lingkungan sosial. Anggota komunitas ini terdiri dari lansia (lanjut usia), perempuan kepala keluarga, penyandang disabilitas, dan warga miskin.

Pada tahun 2025, Rumpun Perempuan Sultra (RPS) melalui Program INKLUSI melakukan asesmen terhadap potensi ekonomi untuk melaksanakan pendampingan ekonomi bagi kelompok. Pembentukan dan penguatan unit usaha ini bertujuan memberdayakan ekonomi kelompok. Terdapat empat kelurahan yang telah membentuk kelompok usaha, masing-masing beranggotakan 10 orang, yakni KK (Kelompok Konstituen) Lestari di Kelurahan Tobimeita, KK Matahari di Kelurahan Kemaraya, KK Harapan di Kelurahan Watubangga, dan KK Mandiri di Kelurahan Lepo-Lepo.

Kelompok usaha yang telah dibentuk diperkuat dengan pengelolaan usaha pertanian perkotaan yang dikenal dengan urban farming serta pemanfaatan sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos. Kegiatan ini berfokus pada pemanfaatan lahan-lahan sempit yang tersedia di perkotaan, seperti pekarangan rumah, balkon, atap bangunan, dinding vertikal, dan lahan kosong yang tidak terpakai.

Sebagai tindak lanjut penguatan yang telah dilakukan, kelompok mengidentifikasi lahan kosong milik anggota untuk digunakan sebagai media tanam. Selanjutnya, lahan tersebut dikelola secara bersama-sama, termasuk memanfaatkan pekarangan masing-masing anggota dengan menanam di polybag. Anggota kelompok terlibat langsung dalam proses perencanaan, pembersihan lahan, pembibitan, penanaman, perawatan, hingga panen.

Kegiatan ini bertujuan memastikan akses terhadap pangan segar dan sehat bagi anggota komunitas, mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah, mendorong konsumsi makanan sehat, meningkatkan aktivitas fisik melalui berkebun, membangun ikatan sosial yang kuat, mempromosikan gotong royong, serta menciptakan rasa memiliki di antara anggota. Selain itu, kegiatan ini juga memberi kesempatan bagi anggota untuk belajar praktik pertanian, pengelolaan lingkungan, dan keberlanjutan; mengubah lahan kosong menjadi area produktif dan estetis; meningkatkan ruang terbuka hijau; membantu mengurangi jejak karbon; meningkatkan keanekaragaman hayati; serta mengelola limbah organik melalui pengomposan. Hasil panen pun dapat dijual untuk mendukung keberlanjutan kebun atau bahkan menciptakan peluang ekonomi mikro bagi komunitas.

Lahan pekarangan memiliki potensi besar dalam penyediaan kebutuhan sayuran bagi keluarga jika dikelola dengan baik. Dengan demikian, pengeluaran rumah tangga untuk membeli bahan pangan dapat dikurangi, bahkan pendapatan rumah tangga bisa meningkat apabila produksi sayuran melimpah dan dijual ke konsumen.

Dari empat kelurahan yang membentuk kelompok usaha untuk menanam sayur-sayuran, telah dihasilkan berbagai sayuran yang bermanfaat bagi anggota, terutama untuk kebutuhan rumah tangga. Adapun sayuran yang sudah dipanen meliputi sawi, bayam, kangkung, timun, terong, oyong, tomat, dan cabai.

Untuk mendapatkan bibit, anggota kelompok membawa bibit sendiri untuk disemai atau iuran bersama untuk membeli bibit. Dalam mengelola lahan, anggota membagi kelompok kerja, antara lain: membersihkan lahan, membuat bedengan, membuat pupuk, menyemai bibit, menanam bibit yang telah tumbuh, serta melakukan perawatan. Penanaman dilakukan dengan teknik penyemaian menggunakan rak telur, wadah, atau polybag, kemudian bibit yang sudah tumbuh dipindahkan ke lahan atau media polybag. Pola tanam dengan memanfaatkan tanah pekarangan diterapkan di Kelurahan Watubangga, Tobimeita, dan Kemaraya. Sementara itu, pemanfaatan media tanam seperti polybag, pot, atau tanaman gantung dilakukan oleh kelompok di Kelurahan Watubangga, Lepo-Lepo, Tobimeita, dan Kemaraya.

Lahan yang dikelola memberikan manfaat nyata bagi anggota kelompok, yaitu dengan membagi hasil panen sayuran yang mencukupi kebutuhan rumah tangga. Hal ini membantu meminimalisir pengeluaran untuk membeli sayuran.

Harapannya, kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi komunitas dalam memenuhi kebutuhan sayuran skala rumah tangga serta mendukung program pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional. Dengan demikian, komunitas dan masyarakat dapat mencontoh praktik ini di masing-masing keluarga. Jika kebutuhan pangan berupa sayuran telah terpenuhi, maka akan membuka peluang meningkatnya perekonomian keluarga.

Irfah Hakim, salah satu anggota kelompok tani Kelurahan Tobimeita, mengungkapkan bahwa pemanfaatan pekarangan selain menjadi tambahan pangan keluarga, juga menyenangkan, mengisi waktu luang, serta menciptakan lingkungan yang hijau. Ia berharap pemanfaatan pekarangan tidak hanya menjadi sumber pangan tambahan, tetapi juga dapat menjadi sumber pendapatan keluarga apabila hasil panen melimpah dan dijual.

Lurah Kelurahan Kemaraya yang berkunjung ke lahan kelompok menyampaikan bahwa pemanfaatan lahan untuk menanam sayuran sangat penting dilakukan. Pemerintah telah memberikan motivasi untuk menanam sayuran dan tanaman obat keluarga (TOGA) di pekarangan, baik di lahan luas maupun sempit, dengan media tanam yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia. Melalui kegiatan kelompok ini, diharapkan dapat menumbuhkan semangat warga untuk berinisiatif menanam di pekarangan masing-masing sehingga kebutuhan pangan dapat terpenuhi tanpa harus membeli.

By. Sarsina (PA)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *