Melawan Gelap, Menyalakan Asa: Kisah Pak Junaid, Disabilitas Netra yang Tak Menyerah

Disabilitas adalah kondisi ketika tubuh serta pikiran mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam menjalani aktivitas tertentu. Penting ditekankan bahwa disabilitas bukan orang yang sama sekali tidak mampu melakukan apa pun. Beberapa  komponen utama yang harus diperhatikan untuk kepentingan disabilitas adalah kesehatan, pendidikan, mata pencaharian, sosial, dan keadilan. Kelima aspek ini menjadi dasar dalam menciptakan lingkungan yang mendukung keberadaan dan hak-hak penyandang disabilitas. Disabilitas netra merupakan salah satu penyandang disabilitas yang penyerapan tenaga kerjanya masih terabaikan. Di satu sisi negara telah menunjukkan keberpihakan kepada para penyandang disabilitas melalui Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 beserta produk-produk hukum turunannya. UU ini mengamanatkan pemerintah dan swasta wajib mempekerjakan penyandang disabilitas minimal 2 (dua) persen untuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), sedangkan swasta minimal 1 (satu) persen dari jumlah pegawai. Namun di sisi lain, negara masih belum serius memastikan amanat undang-undang ini dilaksanakan.

Bagi penyandang disabilitas keterbatasan bukan halangan untuk beraktivitas seperti non disabilitas. Contohnya Junaid, seorang penyandang disabilitas netra dan tergabung di kepengurusan anggota Kelompok Konstituen Kel. Watulondo Kec. Puuwatu. Kelompok Konstituen ini adalah salah satu wilayah program Rumpun Perempuan Sultra. Kondisi disabilitas netra yang dialami bukan karena bawaan dari lahir, akan tetapi karena disebabkan demam tinggi di usia 12 tahun yang berdampak pada penglihatan sebelah kanan meredup. Kemudian setelah masuk SMP terjadi kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kedua mata terbentur dan tidak dapat lagi diobati yang benyebabkan kedua mata berangsur-angsur tidak dapat melihat sama sekali.

Pada tahun 2008, Pak Junaid menikah dan dikaruniai empat orang anak—dua perempuan dan dua laki-laki. Ia telah mengakses berbagai program bantuan pemerintah melalui pengusulan dari pihak kelurahan, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Dalam kesehariannya, ia menjalani berbagai pekerjaan seperti mengamen di rumah makan dan pelabuhan, memberikan layanan pijat, serta sempat menjual sembako pada tahun 2019. Tak hanya itu, ia juga aktif mengikuti berbagai ajang, seperti Kompetisi Teknologi dan Komunikasi yang diselenggarakan oleh Kominfo Nasional, di mana ia meraih juara harapan I, serta berpartisipasi dalam lomba catur tingkat nasional di Papua pada tahun 2021.

Di tingkat komunitas, Pak Junaid menunjukkan keterlibatan yang tinggi dengan mengikuti berbagai kegiatan, seperti diskusi kampung, pelatihan pijat refleksi dari Dinas Ketenagakerjaan, serta pelatihan dan penguatan yang melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), sosialisasi Peraturan Daerah Disabilitas, serta Unit Layanan Disabilitas (ULD) di bidang pendidikan dan ketenagakerjaan. Ia juga turut menjadi bagian dari kesepakatan kerja sama antara DPRD Kota Kendari dan mitra kerja Rumpun Perempuan Sultra.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan ekonomi, Pak Junaid mulai mengembangkan usaha baru di bidang produksi kripik pisang sejak tahun 2023. Usaha ini menunjukkan prospek yang baik berkat ketersediaan bahan baku yang melimpah dan jaringan pemasok yang telah menjadi mitra tetap. Dalam menjalankan usaha tersebut, ia melibatkan istri dan anak-anaknya, baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Produk kripiknya dipasarkan dengan menitipkannya ke warung-warung sekitar serta dijual langsung di pelataran masjid-masjid di Kota Kendari. Masjid dipilih sebagai lokasi strategis karena selain memudahkan waktu ibadah, juga ramai oleh jamaah dan warga yang berolahraga, yang sebagian telah menjadi pelanggan tetap. Namun demikian, untuk mencapai lokasi penjualan, Pak Junaid harus menggunakan jasa ojek. Biaya transportasi ini secara tidak langsung mengurangi keuntungan yang diperolehnya dari hasil penjualan

Meskipun menghadapi keterbatasan fisik, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi Pak Junaid untuk terus berusaha. Selain meningkatkan kapasitas dirinya melalui keterlibatan aktif di forum-forum komunitas, ia juga terus berupaya mendukung perekonomian keluarganya.

“Kehadiran penyandang disabilitas adalah tanggung jawab bersama, dan hanya dengan kolaborasi seluruh elemen masyarakat, cita-cita pembangunan inklusif yang menjunjung hak dan keberadaan disabilitas dapat terwujud.”

By: Sarsina (AP Program Inklusi-BaKTI)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *